Keadaan sekeliling dan lingkungan kita dapat mempengaruhi kita. Keadaan jiwa juga dapat mempengaruhi kita. Keadaan suasana hati dapat pula mempengaruhi kita. Mempengaruhi untuk bersikap dan melakukan sesuatu tindakan.
Pada bulan puasa beberapa waktu lalu, saya diberitahu tentang banyaknya pengemis yang dapat penghasilan 1-2 juta per hari. Ibu-ibu tua, bahkan anak-anak di pinggir jalan tiba- tiba penghasilannya meningkat di bulan Ramadhan dan puncaknya pas lebaran. Karena hal ini pula seringkali mereka khusus datang dari desa ke kota hanya untuk mengemis.
Namun mengapa orang-orang begitu baik hati untuk beramal ? Kenapa mereka beramal sedemikian banyak pada waktu itu ? Semua karena hatinya yang menjadi khusyuk sewaktu menjalankan ibadah di bulan yang suci itu. Mereka begitu bersemangat menjalankan semua ibadah yang bisa dilakukan, termasuk banyak beramal.
Orang Amerika yang sering pergi ke Las Vegas, tahu-tahu ada kabar menikah di sana. Mendadak saja keinginan menikah mereka timbul. Hal ini dikarenakan suasana kota Las Vegas yang sering kali menikahkan dengan persyaratan dan tata cara yang begitu mudah. Katanya satu gereja sehari bisa menikahkan sampai 30 pasangan. Sampai antri segala.
Saya sering tanya ke teman-teman yang sering bepergian ke Singapura, "Kalau kamu ke Singapura, apakah kamu akan membuang sampah sembarangan ?" "Tidak," jawab mereka. "Lalu kenapa kalau di Indonesia masih membuang sampah sembarangan ?". "Ya, karena di sini semua begitu."
Apakah mereka tidak bisa disiplin ? Apakah mereka tidak bisa diajarkan yang seharusnya ? Bisa. Bahkan tidak usah diajarkan, suruh saja mereka ke Singapura. Begitu sampai di sana mereka sudah tidak mau membuang sampah sembarangan. Kenapa di Indonesia mereka melakukannya ? Karena mereka mengganggap di Indonesia sah-sah saja untuk melakukan seperti itu. Tidak apa-apa, tak ada tindakan. Beda dengan di Singapura yang bisa didenda sampai ratusan ribu rupiah.
Saya punya teman yang sangat pelit. Dia bahkan di awal-awal tinggal di Amerika tidak mau memberi tip, uang terima kasih untuk karyawan restoran. Namun setelah tinggal di sana selama 3-4 bulan, dia terbiasa untuk memberi tip 15% dari total pengeluaran, minimal 10%. Kok berubah ? "Saya bisa celaka kalau tidak memberi tip. Bisa dipanggil untuk dimintai," jawabnya.
Ternyata orang yang pelit yang biasanya tidak memberi tip, sampai di tempat dimana semua orang memberi tip, dia juga turut melakukannya. Hal ini karena lingkungan sekitarnya melakukan itu sehingga mempengaruhinya.
Suasana hati seperti bulan puasa, lingkungan seperti di Singapura, nilai-nilai budaya seperti di Amerika mau tidak mau mempengaruhi kita. Yang pelit menjadi beramal. Yang biasa tidak berderma menjadi berderma. Yang tidak disiplin menjadi disiplin.
Nah, demikian juga sukses. Sukses juga akan dipengaruhi oleh lingkungan, orang-orang sekeliling kita dan nilai-nilai buadaya yang dianut. Karenanya kita juga harus mencari lingkungan, orang-orang yang mempunyai nilai- nilai yang sukses. Karena hal ini akan mempengaruhi kita menjadi sukses pula.
Semoga Bermanfaat...
10 komentar:
kunjungan pagi...
anjing menggonggong kafila berlalu...
itu kata orang-orang, selama kita gak ganngu mereka aku rasa itu ok ok saja....
yups memang benar kalau lingkungan sangat berpengaruh terhadap diri kita.
Kunjungan pagi...
salam sobat,,memang kuat ya pengaruh lingkungan dimana kita berada,,dilingkungan menguntungkan dan baik kita juga dapat kebaikan dan keuntungan yang berbuntut kesuksesan.
Thanks sobat dh mw brkunjung n comment,...semoga sukses semuannya,.........:)
yup sangat setuju.....karena saya sendiri merasakan kok.....perbedaan saat saya dikelilingi oleh orang yang "baik" dan orang yang "kurang baik" (menurut ukuran sya nih) ternyata membawa pengaruh juga dalam pribadi saya !!!!!
wah mantab posyingannya bermanfaat bgt ^^
Setuju, Wil. Untuk pengalaman yang di Singapura dan pemberian tip itu cenderung menjadi pengaruh yang muncul karena adanya peraturan lengkap dengan konsekuensi kalau ada yang melanggarnya. Karena itulah orang-orang yang berada di tempat itu, mau tak mau, harus mengikutinya. Daripada dapat sanksi. Iya kan? Ini disebut sebagai pengaruh lingkungan, karena lingkunganlah bertindak sebagai pembuat kebijakan yang memberikan dampak tertentu bagi penghuninya. Hanya saja, setiap lingkungan memiliki kebijakan-kebijakan berbeda. Beruntunglah kalau kita tinggal di lingkungan dengan kebijakan yang membangun ^_^
Salam
org2 jakarta kayanya ga pada sehar semua tuh
secara dimana2 lingkungan ga sehat
btul bgt nih artikel ^^
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar